BANJARENGARA, KOMPAS.com - Sebagian menu Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Banjarnegara, Jawa Tengah, akan memanfaatkan tepung mocaf sebagai bahan baku pengganti terigu.
Kepastian ini diperoleh setelah Ketua Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) Desa Bawang, Joko Sunarno, menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan perwakilan Dapur Makan Bergizi Gratis Muhammadiyah Kabupaten Banjarnegara, Sugino Purnomo, pada Sabtu (20/9/2025).
Penandatanganan berlangsung bersamaan dengan pelepasan ekspor 60 ton mocaf senilai Rp 625 juta ke China yang dilakukan PT Rumah Mocaf Indonesia bersama KDMP Desa Bawang. Prosesi itu turut disaksikan Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) RI Sudaryono dan Bupati Banjarnegara Amalia Desiana.
Baca juga: Mocaf dari Banjarnegara Tembus Pasar Ekspor, Bisakah Pemerintah Kurangi Impor Terigu?
Dalam MoU tersebut, KDMP Desa Bawang menyatakan kesanggupan untuk menyediakan tepung mocaf dengan kualitas standar konsumsi manusia sesuai spesifikasi yang disepakati.
Volume pasokan awal adalah 500 kg per bulan dengan kemungkinan penyesuaian sesuai kebutuhan dan kapasitas produksi.
Harga tepung mocaf dari KDMP Desa Bawang ditetapkan berdasarkan kesepakatan awal senilai Rp 12.000 per kg. MoU tersebut akan berlaku selama 12 bulan sejak ditandatangani pada 20 September 2025.
Mocaf atau modified cassava flour merupakan tepung singkong yang dimodifikasi. Produk ini dinilai lebih sehat dibanding terigu karena bebas gluten, memiliki indeks glikemik rendah, kaya karbohidrat kompleks, serat, serta kalsium.
Banjarnegara sendiri memiliki potensi besar dalam produksi mocaf yang mampu menyerap singkong dari petani lokal.
Pendiri sekaligus Direktur PT Rumah Mocaf Indonesia, Riza Azyumarridha Azra, mengatakan bersama koperasi dan kelompok petani binaan, pihaknya bisa memproduksi rata-rata 30 ton mocaf per bulan.
“Untuk menghasilkan 1 kg mocaf dibutuhkan sekitar 3 kilogram singkong. Jadi produksi bulanan kami bisa menyerap 90-100 ton singkong dari petani,” ujar Riza saat diwawancarai Kompas.com, Sabtu.
Kini, Rumah Mocaf Indonesia rata-rata bisa mengekspor mocaf 50 ton per tahun. Peminatnya berasal dari berbagai negara, termasuk Malaysia, Singapura, Oman, Turkiye, Inggris, Amerika Serikat (AS), Perancis, Uni Emirat Arab (UEA), Australia, dan Arab Saudi.
“Pernah juga kami mengirim sampai 300 ton,” tambahnya.
Baca juga: Rumah Mocaf Ajak Petani Lokal Manfaatkan Peluang Bisnis Sustainable
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) RI, Sudaryono, menegaskan pentingnya pemanfaatan bahan pangan lokal dalam program MBG. Menurutnya, MBG bukan sekadar program pemenuhan gizi siswa, melainkan juga peluang untuk menggerakkan perekonomian desa.
“Pasti dong, harus, harus, harus. MBG itu sebetulnya adalah bagaimana anggaran yang diberikan makan kepada siswa itu bisa memanfaatkan sumber-sumber dari lokal, sehingga ada perputaran uang di situ,” ujar Sudaryono saat ditanya terkait perlunya pemanfaatan potensi pangan lokal dalam program MBG, Sabtu.
Ia menjelaskan, dengan memanfaatkan bahan pangan lokal, banyak pihak di desa akan mendapatkan keuntungan. Mulai dari petani, pedagang, hingga pelaku usaha kecil. Perputaran uang di desa pun semakin terjaga.
“Nah, perputaran uang di situ, petani untung, pedagang untung, bakul juga untung, MBG pun berjalan bagus. Sehingga dari orang yang untung tadi, keuntungan itu bisa dibelanjakan lagi. Di situ ada multiplayer effect yang muncul di desa-desa,” jelasnya.
Sudaryono menambahkan, selama ini sering terdengar fenomena uang dari desa justru terbawa ke kota. Namun, melalui MBG, aliran dana dari pemerintah pusat bisa langsung masuk ke desa.
“Mungkin kita sekarang sering mendengar bahwa uang di desa dibawa ke kota. Kalau ini kan tidak. Uang dari kota, dari negara, pemerintah pusat yang dibawa ke desa. Nanti insyaallah ini akan memberikan sumbangan cukup berarti untuk pertumbuhan dan PDB kita di tahun sekarang atau tahun-tahun mendatang,” ungkapnya.
Baca juga: Cerita di Balik Rumah Mocaf, Merangkul Petani Singkong hingga Ekspor ke Mancanegara
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini