Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teknologi AI: Akal Imitasi Sedot Pasokan Air Minum Manusia

Kompas.com - 21/07/2025, 14:23 WIB
BBC News Indonesia,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

Penulis: Sarah Ibrahim/BBC News Indonesia

KOMPAS.com - Penggunaan artificial intelligence atau akal imitasi (AI) meningkat dengan kecepatan dahsyat. Tapi, teknologi ini memerlukan begitu banyak air untuk pendinginan dan untuk membangkitkan listrik.

Menurut PBB, separuh populasi dunia sudah mengalami kelangkaan air dan perubahan iklim.

Peningkatan permintaan penggunaan AI diperkirakan akan meningkatkan kelangkaan tersebut.

Akankah ekspansi AI yang pesat memperburuk situasi itu?

Baca juga: Jatuh Cinta pada Wanita AI, Kakek 75 Tahun di China Gugat Cerai Istri

Berapa banyak air yang digunakan AI?

CEO OpenAI Sam Altman mengatakan satu kueri (dalam konteks bahasa Indonesia kueri bisa mencakup pertanyaan, pencarian, permintaan, penyelidikan, atau instruksi) ke ChatGPT menghabiskan seperlima belas sendok teh air.

Tapi, studi dari akademisi AS di California dan Texas menyimpulkan bahwa 10-50 respons dari model GPT-3 milik perusahaan itu menghabiskan setengah liter air, yang berarti antara dua hingga 10 sendok teh air per respons.

Perkiraan jumlah air yang dihabiskan bervariasi, tergantung pada jenis kueri, panjang respons, di mana respons diproses, dan faktor-faktor yang diperhitungkan dalam perhitungan.

Perkiraan akademisi AS, 500 mililiter untuk sekitar 10-50 kueri,mencakup air yang digunakan untuk menghasilkan daya yang digunakan, misalkan uap yang menggerakkan turbin di pembangkit listrik tenaga batu bara, gas, atau nuklir.

Angka Altman mungkin tidak mencakup ini. Ketika ditanya BBC, OpenAI tidak memberikan rincian penghitungannya.

Meskipun demikian, penggunaan air terus meningkat. OpenAI mengatakan ChatGPT menjawab satu miliar kueri setiap hari—dan itu cuma satu dari banyak bot AI.

Studi AS memperkirakan bahwa pada 2027, industri AI akan menggunakan empat hingga enam kali air lebih banyak setiap tahunnya dibandingkan konsumsi air di seluruh negara Denmark.

"Semakin banyak AI yang kita gunakan, semakin banyak air yang kita konsumsi," kata salah satu penulis studi, Profesor Shaolei Ren dari University of California, Riverside.

Baca juga: Seorang Ibu Kehilangan Uang Rp 245 Juta, Tertipu Suara Putrinya Diduplikasi AI

Bagaimana AI menggunakan air?

Aktivitas daring, mulai dari mengirim email dan streaming hingga pembuatan esai atau deepfake, diproses oleh rak-rak server komputer besar di fasilitas besar yang disebut pusat data, beberapa di antaranya seukuran beberapa lapangan sepak bola.

Suhu di pusat data menjadi panas saat listrik mengalir melalui komputer.

Air, biasanya air bersih dan tawar, seringkali menjadi elemen kunci dalam sistem pendingin.

Metodenya bervariasi, tetapi beberapa di antara metode itu menguapkan air ke atmosfer hingga 80 persen.

Tugas AI membutuhkan daya komputasi yang jauh lebih besar, terutama untuk aktivitas kompleks seperti menghasilkan gambar atau video, ketimbang tugas daring konvensional, seperti berbelanja atau pencarian di web.

Otomatis, ini menggunakan lebih banyak listrik.

Baca juga: Perdana, Restoran di Dubai Akan Pakai Chef AI untuk Rancang Menu

Perbedaannya memang sulit diukur, tetapi perkiraan oleh International Energy Agency (IEA) menunjukkan bahwa satu kueri ChatGPT menggunakan hampir 10 kali lebih banyak listrik dibandingkan satu kueri pencarian Google.

Listrik yang lebih besar berarti panas yang lebih banyak, itu berarti lebih banyak pendinginan yang dibutuhkan.

Seberapa cepat pertumbuhan konsumsi air untuk AI?

Baca juga: Tertipu Video AI, Pasangan Lansia Tempuh 250 Km untuk Lihat Kereta Gantung

Perusahaan-perusahaan besar teknologi AI tidak memberikan angka konsumsi air secara khusus untuk aktivitas AI mereka, tetapi total penggunaan air mereka telah meningkat.

Halaman:

Terkini Lainnya
Simpan 4 Jasad Bayinya di Rumah Kontrakan, Ibu AS Ditangkap Polisi
Simpan 4 Jasad Bayinya di Rumah Kontrakan, Ibu AS Ditangkap Polisi
Global
Ketika Padel Redup di Swedia, tapi Malah Meledak di Indonesia...
Ketika Padel Redup di Swedia, tapi Malah Meledak di Indonesia...
Global
Dimotori Gen Z, Berikut 5 Fakta Demo di Peru
Dimotori Gen Z, Berikut 5 Fakta Demo di Peru
Global
Trump Akan Temui Pemimpin Negara Mayoritas Muslim di Forum PBB Bahas Pascaperang di Gaza
Trump Akan Temui Pemimpin Negara Mayoritas Muslim di Forum PBB Bahas Pascaperang di Gaza
Global
Usai Akui Palestina, Negara Barat Tawarkan Bantuan untuk Pasien Gaza
Usai Akui Palestina, Negara Barat Tawarkan Bantuan untuk Pasien Gaza
Global
Mikrofon Prabowo Tiba-tiba Mati Saat Pidato di Sidang PBB, Kemlu RI Beri Klarifikasi
Mikrofon Prabowo Tiba-tiba Mati Saat Pidato di Sidang PBB, Kemlu RI Beri Klarifikasi
Global
Trump Siap Berpidato di Sidang Umum PBB, Dunia Soroti 'America First'
Trump Siap Berpidato di Sidang Umum PBB, Dunia Soroti "America First"
Global
Erdogan Ingin Beli Ratusan Boeing dan Jet Tempur AS, tapi Minta Komponen Diproduksi di Turkiye
Erdogan Ingin Beli Ratusan Boeing dan Jet Tempur AS, tapi Minta Komponen Diproduksi di Turkiye
Global
Pemerintah Italia Belum Akui Palestina, Puluhan Ribu Rakyat Demo
Pemerintah Italia Belum Akui Palestina, Puluhan Ribu Rakyat Demo
Global
Negara Dekat RI Diterjang Topan Dahsyat Ragasa, Ancaman Menjalar hingga ke China
Negara Dekat RI Diterjang Topan Dahsyat Ragasa, Ancaman Menjalar hingga ke China
Global
Bagaimana Masa Depan Palestina Usai Diakui Jadi Sebuah Negara?
Bagaimana Masa Depan Palestina Usai Diakui Jadi Sebuah Negara?
Global
Eks Presiden Filipina Duterte Didakwa atas Kejahatan Kemanusiaan dalam Perang Narkoba
Eks Presiden Filipina Duterte Didakwa atas Kejahatan Kemanusiaan dalam Perang Narkoba
Global
Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
Global
Ini Negara yang Mengakui Palestina dan yang Masih Menolak
Ini Negara yang Mengakui Palestina dan yang Masih Menolak
Global
Skandal Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee Seret Pimpinan Gereja Unifikasi
Skandal Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee Seret Pimpinan Gereja Unifikasi
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau