Parapuan.co - Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, kunjungan wisatawan global sepanjang tahun 2024 mencapai 6,33 juta orang, tumbuh 20,1 persen dari tahun sebelumnya.
Hebatnya lagi, pertumbuhan ini juga nampak hingga Juli 2025, dimana terdapat 4 juta wisatawan mancanegara dan 5,8 juta wisatawan domestik yang telah tiba.
Lonjakan kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara ke Bali membawa dampak ganda.
Di satu sisi, perekonomian lokal bergeliat, namun di sisi lain, tekanan terhadap layanan pendukung pariwisata kian terasa.
Tingginya jumlah turis di Bali sering kali menimbulkan masalah praktis, seperti kesulitan menemukan tempat penitipan bagasi atau mengurus barang yang tertinggal.
Menjawab kebutuhan ini, Hey Bali hadir dengan sebuah inisiatif unik berupa layanan penitipan barang sukarela dan nonkomersial.
Tanpa memungut biaya penitipan ataupun jasa pencarian, Hey Bali beroperasi di Jalan Kubu Anyar No. 88x, Kuta. Wisatawan hanya diminta menanggung ongkos kirim jika barang harus dikirimkan ke luar negeri.
Menurut penggagas Hey Bali, Giostanovlatto, ide ini berangkat dari observasinya langsung.
“Kami melihat banyak turis dengan koper besar yang ingin langsung menjelajah tapi terbebani. Ada juga yang sudah pulang ke negaranya lalu panik karena barang tertinggal. Daripada membuat mereka stres, kenapa tidak kita bantu saja?” ujarnya.
Baca Juga: Menjelajahi Keindahan Bali: Pengalaman Road Trip Penuh Gaya dengan Mitsubishi Destinator
View this post on Instagram
Layanan ini bukan sekadar menawarkan tempat untuk menitipkan barang. Namun Hey Bali hadir dengan berlandaskan nilai dan filosofi Tri Hita Karana, yaitu konsep keseimbangan hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan dalam budaya Bali.
“Membantu sesama, sekecil apa pun, adalah bagian dari menjaga keseimbangan dan keramahan yang menjadi napas Bali,” jelas Giostanovlatto.
Sudah didirikan sejak tahun 2023, Hey Bali telah membantu ribuan wisatawan. Mulai dari menitipkan koper beberapa jam hingga mengembalikan barang berharga seperti kamera, dompet, bahkan paspor ke pemiliknya di berbagai negara seperti Australia, Jepang, Jerman, dan Belanda.
Bagi banyak turis, kehadiran Hey Bali berfungsi sebagai jaring pengaman psikologis. Seorang wisatawan asal Jerman dalam testimoni yang dibagikan menulis, “Layanan ini memberi ketenangan. Saya tahu ada orang lokal yang tulus menolong jika saya ada masalah.”
Dengan proyeksi kunjungan turis asing yang diperkirakan menembus 6,5 juta orang pada akhir 2025, peran layanan pendukung berbasis masyarakat seperti ini dinilai semakin krusial. Kehadiran Hey Bali menunjukkan bagaimana partisipasi lokal dapat berkontribusi langsung dalam memperkuat citra Bali sebagai destinasi yang responsif dan solutif.
“Tujuan kami sederhana: wisatawan pulang dengan kenangan baik. Senyum lega mereka itu sudah lebih dari cukup,” tutup Giostanovlatto.
Inisiatif ini membuktikan bahwa wajah humanis pariwisata Bali tetap hidup di tengah arus wisata massal, dimulai dari hal-hal kecil yang sering terabaikan.
(*)
Baca Juga: Jadwal, Harga, dan Cara Beli Tiket Kapal Cepat Banyuwangi-Bali