KOMPAS.com - Menyikat gigi adalah salah satu cara paling sederhana untuk menjaga kesehatan mulut.
Dengan rutin melakukannya, plak dan sisa makanan bisa terangkat, gigi tetap kuat, napas segar, serta risiko gigi berlubang berkurang.
Namun, perlu dipahami bahwa, kebiasaan menyikat gigi terlalu sering justru bisa membawa dampak negatif bila dilakukan dengan cara yang keliru.
Baca juga: Sikat Gigi Tersangkut di Usus Selama 52 Tahun, Pria China Jalani Operasi 80 Menit
Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM), Prof. Dr. drg. Ahmad Syaify, Sp.Perio (K), menjelaskan menyikat gigi berlebihan dengan teknik yang salah bisa mengikis enamel atau lapisan pelindung gigi. Kondisi ini disebut abrasi, biasanya terjadi di area leher gigi yang dekat gusi.
“Kalau gigi sudah hipersensitif, bisa terasa ngilu saat terkena makanan atau minuman dingin. Bahkan dalam kasus lebih parah, bisa sampai terjadi radang pulpa gigi (pulpitis) yang menyebabkan sakit berdenyut,” terangnya, saat dimintai informasi Kompas.com, Selasa (23/9/2025).
Kesalahan paling umum adalah menyikat gigi terlalu keras dengan gerakan horizontal (maju mundur) yang monoton.
Ditambah frekuensi terlalu sering, enamel pun makin cepat terkikis. Makanan asam juga bisa memperparah pengikisan, meski penyebab utama tetap cara menyikat gigi yang salah.
Ahmad menekankan, frekuensi menyikat gigi ideal adalah dua kali sehari. Lebih sering sebenarnya tidak masalah, asalkan tekniknya benar.
"Sebetulnya sering-sering menyikat gigi tidak apa-apa, asalkan caranya benar," ungkapnya.
Baca juga: Sudah Sikat Gigi tapi Masih Bau Mulut? Ini Penyebabnya Menurut Pakar
Agar gigi tetap sehat tanpa merusak enamel, berikut tips yang disarankan Ahmad:
Baca juga: Bukan Pagi atau Sore, Ini Waktu Terbaik untuk Sikat Gigi Saat Puasa
Menurut Ahmad, banyak orang salah kaprah karena menganggap menyikat gigi bertujuan menghilangkan noda atau warna cokelat pada gigi. Padahal, itu mustahil dilakukan hanya dengan sikat gigi.
“Tujuan utama menyikat gigi adalah membersihkan plak, yaitu lapisan tipis tempat berkumpulnya bakteri. Kalau plak tidak dibersihkan, bisa jadi penyebab utama gigi berlubang dan radang gusi,” jelasnya.
Sementara itu, karang gigi (kalkulus) dan stain (noda kecokelatan) tidak bisa hilang meskipun disikat sekeras apa pun. Justru yang terkikis adalah enamel gigi itu sendiri.
Karena itu, jangan terjebak dengan anggapan makin keras dan makin sering menyikat gigi berarti makin bersih.
Sebaliknya, lakukan dengan teknik yang tepat agar gigi tetap sehat tanpa kehilangan lapisan pelindung alaminya.
Baca juga: Apakah Sikat Gigi Boleh Dilakukan Saat Puasa? Berikut Penjelasannya
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini