WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan keinginannya untuk menguasai kembali pangkalan udara Bagram di Afghanistan.
Namun, sejumlah pejabat AS menilai langkah itu akan sulit terwujud dan bisa dianggap sebagai invasi ulang ke negara tersebut.
Trump menyampaikan hal itu saat berada di London, Inggris, Kamis (18/9/2025). Dia menilai Bagram penting secara strategis karena dekat dengan China.
Baca juga: Taliban Rayakan 4 Tahun Berkuasa di Afghanistan, Rusia Jadi Negara Pertama yang Akui
"Kami ingin pangkalan itu kembali. Letaknya hanya satu jam dari lokasi China membuat senjata nuklir," kata Trump kepada wartawan, sebagaimana dilansir Reuters.
Bagram merupakan pangkalan militer terbesar AS di Afghanistan selama perang yang berlangsung dua dekade setelah serangan 11 September 2001.
Pangkalan ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat operasi militer, tetapi juga dilengkapi restoran cepat saji seperti Burger King dan Pizza Hut, toko elektronik, hingga penjara berkapasitas besar.
Trump sebelumnya dikenal dengan wacana ingin mengakuisisi wilayah strategis, mulai dari Terusan Panama hingga Greenland. Fokusnya pada Bagram juga sudah muncul sejak lama.
Dia bahkan mengisyaratkan kemungkinan penguasaan kembali pangkalan itu dengan persetujuan Taliban.
Namun, hal tersebut akan menjadi kontradiktif, mengingat Taliban justru berjuang keras untuk mengusir pasukan AS.
Baca juga: Rusia Akui Rezim Taliban: Pergeseran Peta Geopolitik Kawasan
Seorang pejabat AS yang enggan disebutkan namanya menegaskan, tidak ada rencana aktif untuk mengambil alih kembali pangkalan
Bagram. Menurutnya, jika hal itu dipaksakan, dibutuhkan puluhan ribu tentara untuk merebut dan mempertahankan wilayah tersebut.
"Ini akan menjadi beban logistik yang sangat besar, mahal, dan berisiko. Saya tidak melihat bagaimana ini bisa terjadi secara realistis," ujar pejabatt tersebut.
Selain membutuhkan biaya perbaikan infrastruktur, pasukan AS juga harus mengamankan perimeter pangkalan yang luas dari ancaman serangan roket.
Baca juga: Tentara Pakistan Tewaskan 30 Anggota Taliban yang Ingin Menyeberang dari Afghanistan
Bagram juga berpotensi menjadi sasaran kelompok milisi seperti ISIS dan Al Qaeda, bahkan rentan terhadap ancaman rudal canggih dari Iran.
Seorang mantan pejabat senior pertahanan AS juga meragukan manfaat strategis penguasaan kembali Bagram, meski lokasinya dekat dengan China.
"Saya tidak melihat ada keuntungan militer khusus berada di sana. Risikonya justru lebih besar dibanding keuntungannya," ujarnya.
Pada Februari lalu, Trump sempat mengkritik Joe Biden karena melepaskan pangkalan tersebut.
Dia mengeklaim, sebelumnya ada rencana menempatkan sejumlah kecil pasukan AS di sana, meskipun kesepakatan damai yang ditandatangani pada 2020 dengan Taliban mewajibkan penarikan seluruh pasukan internasional.
Baca juga: Sah, Rusia Jadi Negara Pertama Akui Kekuasaan Taliban di Afghanistan
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini