Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Ingin Kuasai Pangkalan Bagram, AS Bisa Invasi Afghanistan Lagi 

Kompas.com - 19/09/2025, 15:36 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan keinginannya untuk menguasai kembali pangkalan udara Bagram di Afghanistan. 

Namun, sejumlah pejabat AS menilai langkah itu akan sulit terwujud dan bisa dianggap sebagai invasi ulang ke negara tersebut.

Trump menyampaikan hal itu saat berada di London, Inggris, Kamis (18/9/2025). Dia menilai Bagram penting secara strategis karena dekat dengan China.

Baca juga: Taliban Rayakan 4 Tahun Berkuasa di Afghanistan, Rusia Jadi Negara Pertama yang Akui

"Kami ingin pangkalan itu kembali. Letaknya hanya satu jam dari lokasi China membuat senjata nuklir," kata Trump kepada wartawan, sebagaimana dilansir Reuters.

Bagram merupakan pangkalan militer terbesar AS di Afghanistan selama perang yang berlangsung dua dekade setelah serangan 11 September 2001. 

Pangkalan ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat operasi militer, tetapi juga dilengkapi restoran cepat saji seperti Burger King dan Pizza Hut, toko elektronik, hingga penjara berkapasitas besar.

Trump sebelumnya dikenal dengan wacana ingin mengakuisisi wilayah strategis, mulai dari Terusan Panama hingga Greenland. Fokusnya pada Bagram juga sudah muncul sejak lama. 

Dia bahkan mengisyaratkan kemungkinan penguasaan kembali pangkalan itu dengan persetujuan Taliban. 

Namun, hal tersebut akan menjadi kontradiktif, mengingat Taliban justru berjuang keras untuk mengusir pasukan AS.

Baca juga: Rusia Akui Rezim Taliban: Pergeseran Peta Geopolitik Kawasan

Tidak ada rencana

Seorang pejabat AS yang enggan disebutkan namanya menegaskan, tidak ada rencana aktif untuk mengambil alih kembali pangkalan 

Bagram. Menurutnya, jika hal itu dipaksakan, dibutuhkan puluhan ribu tentara untuk merebut dan mempertahankan wilayah tersebut.

"Ini akan menjadi beban logistik yang sangat besar, mahal, dan berisiko. Saya tidak melihat bagaimana ini bisa terjadi secara realistis," ujar pejabatt tersebut.

Selain membutuhkan biaya perbaikan infrastruktur, pasukan AS juga harus mengamankan perimeter pangkalan yang luas dari ancaman serangan roket. 

Baca juga: Tentara Pakistan Tewaskan 30 Anggota Taliban yang Ingin Menyeberang dari Afghanistan

Bagram juga berpotensi menjadi sasaran kelompok milisi seperti ISIS dan Al Qaeda, bahkan rentan terhadap ancaman rudal canggih dari Iran.

Seorang mantan pejabat senior pertahanan AS juga meragukan manfaat strategis penguasaan kembali Bagram, meski lokasinya dekat dengan China.

"Saya tidak melihat ada keuntungan militer khusus berada di sana. Risikonya justru lebih besar dibanding keuntungannya," ujarnya.

Pada Februari lalu, Trump sempat mengkritik Joe Biden karena melepaskan pangkalan tersebut. 

Dia mengeklaim, sebelumnya ada rencana menempatkan sejumlah kecil pasukan AS di sana, meskipun kesepakatan damai yang ditandatangani pada 2020 dengan Taliban mewajibkan penarikan seluruh pasukan internasional.

Baca juga: Sah, Rusia Jadi Negara Pertama Akui Kekuasaan Taliban di Afghanistan

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Terkini Lainnya
Simpan 4 Jasad Bayinya di Rumah Kontrakan, Ibu AS Ditangkap Polisi
Simpan 4 Jasad Bayinya di Rumah Kontrakan, Ibu AS Ditangkap Polisi
Global
Ketika Padel Redup di Swedia, tapi Malah Meledak di Indonesia...
Ketika Padel Redup di Swedia, tapi Malah Meledak di Indonesia...
Global
Dimotori Gen Z, Berikut 5 Fakta Demo di Peru
Dimotori Gen Z, Berikut 5 Fakta Demo di Peru
Global
Trump Akan Temui Pemimpin Negara Mayoritas Muslim di Forum PBB Bahas Pascaperang di Gaza
Trump Akan Temui Pemimpin Negara Mayoritas Muslim di Forum PBB Bahas Pascaperang di Gaza
Global
Usai Akui Palestina, Negara Barat Tawarkan Bantuan untuk Pasien Gaza
Usai Akui Palestina, Negara Barat Tawarkan Bantuan untuk Pasien Gaza
Global
Mikrofon Prabowo Tiba-tiba Mati Saat Pidato di Sidang PBB, Kemlu RI Beri Klarifikasi
Mikrofon Prabowo Tiba-tiba Mati Saat Pidato di Sidang PBB, Kemlu RI Beri Klarifikasi
Global
Trump Siap Berpidato di Sidang Umum PBB, Dunia Soroti 'America First'
Trump Siap Berpidato di Sidang Umum PBB, Dunia Soroti "America First"
Global
Erdogan Ingin Beli Ratusan Boeing dan Jet Tempur AS, tapi Minta Komponen Diproduksi di Turkiye
Erdogan Ingin Beli Ratusan Boeing dan Jet Tempur AS, tapi Minta Komponen Diproduksi di Turkiye
Global
Pemerintah Italia Belum Akui Palestina, Puluhan Ribu Rakyat Demo
Pemerintah Italia Belum Akui Palestina, Puluhan Ribu Rakyat Demo
Global
Negara Dekat RI Diterjang Topan Dahsyat Ragasa, Ancaman Menjalar hingga ke China
Negara Dekat RI Diterjang Topan Dahsyat Ragasa, Ancaman Menjalar hingga ke China
Global
Bagaimana Masa Depan Palestina Usai Diakui Jadi Sebuah Negara?
Bagaimana Masa Depan Palestina Usai Diakui Jadi Sebuah Negara?
Global
Eks Presiden Filipina Duterte Didakwa atas Kejahatan Kemanusiaan dalam Perang Narkoba
Eks Presiden Filipina Duterte Didakwa atas Kejahatan Kemanusiaan dalam Perang Narkoba
Global
Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
Global
Ini Negara yang Mengakui Palestina dan yang Masih Menolak
Ini Negara yang Mengakui Palestina dan yang Masih Menolak
Global
Skandal Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee Seret Pimpinan Gereja Unifikasi
Skandal Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee Seret Pimpinan Gereja Unifikasi
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau