CARACAS, KOMPAS.com – Pemerintah Venezuela menuduh Amerika Serikat (AS) melancarkan perang yang diam-diam di kawasan Karibia, menyusul serangkaian serangan terhadap kapal yang diduga digunakan untuk menyelundupkan narkoba.
Dalam beberapa pekan terakhir, belasan orang tewas dalam operasi militer yang dilakukan AS terhadap kapal-kapal di perairan internasional.
Venezuela menyebut serangan itu sebagai eksekusi di laut terbuka dan mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk melakukan penyelidikan.
Baca juga: Detik-detik Ledakan Speedboat Kartel Narkoba Venezuela Dibom AS
"Ini adalah perang yang tidak dideklarasikan. Anda bisa melihat bagaimana orang-orang, baik pengedar narkoba maupun bukan, telah dieksekusi di Laut Karibia. Dieksekusi tanpa hak untuk membela diri," kata Menteri Pertahanan Venezuela, Vladimir Padrino Lopez, dalam latihan militer sebagai respons atas peningkatan aktivitas militer AS, dikutip dari AFP.
Pernyataan tersebut disampaikan beberapa jam sebelum Presiden AS Donald Trump mengumumkan serangan militer terbaru terhadap kapal yang menewaskan tiga orang. Mereka diduga terlibat perdagangan narkoba.
Dengan demikian, jumlah total korban dalam operasi tersebut dalam beberapa minggu terakhir mencapai 17 orang.
Trump tidak merinci waktu serangan terbaru itu. Ia hanya menyebutkan bahwa operasi dilakukan di wilayah tanggung jawab Komando Selatan AS, yang mencakup Karibia, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.
Meski mengeklaim bahwa kapal-kapal tersebut terlibat penyelundupan narkotika, hingga kini Pemerintah AS belum mengungkap bukti konkret yang mendukung pernyataan tersebut.
Baca juga: Video Detik-detik AS Bom Perahu Diduga Selundupkan Narkoba dari Venezuela
"Penggunaan rudal dan senjata nuklir untuk membunuh nelayan yang tak berdaya di atas kapal kecil adalah kejahatan terhadap kemanusiaan yang harus diselidiki oleh PBB," tegas Saab.
Ketegangan meningkat seiring pengerahan kekuatan laut terbesar AS di Karibia dalam beberapa dekade terakhir. Armada tersebut terdiri dari tujuh kapal perang dan satu kapal selam bertenaga nuklir.
Langkah itu memicu kekhawatiran akan kemungkinan invasi militer ke Venezuela, negara yang tengah menghadapi krisis politik dan ekonomi berkepanjangan.
Sebagai bentuk antisipasi, Venezuela meluncurkan latihan militer selama tiga hari di Pulau La Orchila, yang terletak di dekat lokasi insiden penyergapan kapal nelayan Venezuela oleh pasukan AS selama delapan jam akhir pekan lalu.
Baca juga: Di Venezuela Natal Dimulai 1 Oktober, Tergantung Keinginan Presiden
Presiden Venezuela Nicolas Maduro menuding Amerika Serikat menyusun rencana "imperialis" untuk menggulingkannya dan mengambil alih kekayaan sumber daya negaranya.
"AS ingin memaksakan pemerintahan boneka untuk datang dan mencuri minyak kita," kata Maduro.