GAZA, KOMPAS.com – Kota Gaza kembali menjadi sasaran serangan Israel paling brutal sejak perang dua tahun terakhir. Ribuan penduduk terpaksa mengungsi di bawah gempuran bom dan peluru, di tengah ketakutan mereka tidak akan pernah bisa kembali ke rumah.
“Gaza terbakar,” tulis Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, di X.
Sementara itu, barisan van, gerobak keledai penuh perabotan, dan warga berjalan kaki membawa barang-barang seadanya terlihat memenuhi Jalan Al Rashid di pesisir, dengan latar belakang asap hitam mengepul dari bangunan yang hancur.
Baca juga: Netanyahu: Qatar Danai Hamas, Serangan Israel di Doha Sah
Banyak warga sebelumnya bertekad untuk bertahan. Namun, serangan udara yang semakin intens menghancurkan gedung-gedung tinggi, rumah-rumah, hingga infrastruktur sipil.
Mereka yang mampu akhirnya bergerak ke selatan, meski tanpa kepastian adanya zona aman untuk berlindung.
Pada Selasa (16/9/2025), otoritas kesehatan setempat melaporkan sedikitnya 91 orang tewas. Salah satu bom bahkan menghantam kendaraan yang membawa warga yang hendak melarikan diri di jalan pesisir.
Selain bom, militer Israel menggunakan robot bermuatan bahan peledak untuk menghancurkan wilayah di utara, selatan, dan timur kota.
Awal bulan ini, kelompok hak asasi Euro-Med Monitor melaporkan Israel telah mengerahkan 15 mesin tersebut, yang masing-masing mampu meratakan hingga 20 rumah.
Di sisi lain, tank-tank dan kendaraan lapis baja Israel mulai menyerbu pusat Kota Gaza. Militer Israel mengakui butuh waktu berbulan-bulan untuk menguasai wilayah itu sepenuhnya.
“Berapa pun lamanya, kami akan beroperasi di Gaza,” kata juru bicara militer Israel, Effie Defrin, dikutip dari Al Jazeera.
Sumber medis melaporkan sedikitnya 106 orang tewas sejak Selasa dini hari.
Baca juga: Serangan Israel Tewaskan 53 Warga Gaza, KTT Doha Sebut Tindakan Barbar
Militer Israel memperkirakan 350.000 orang telah mengungsi. Sementara itu, Kantor Media Pemerintah Gaza menyebut 350.000 orang mengungsi ke pusat dan barat kota, dengan 190.000 lainnya meninggalkan Gaza sepenuhnya.
Bagi mereka yang mengungsi, kondisi di selatan juga tidak lebih baik. Kamp Al Mawasi yang sudah penuh sesak kini dijejali warga yang dipaksa meninggalkan wilayah Rafah dan Khan Younis, bahkan kamp tersebut ikut terkena serangan Israel.