Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Virdika Rizky Utama
Peneliti PARA Syndicate

Peneliti PARA Syndicate dan Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik, Shanghai Jiao Tong University.

Yan Xuetong, Gaza, dan Pertarungan Legitimasi

Kompas.com - 20/09/2025, 11:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA 18 September 2025 di Beijing, Forum Xiangshan yang biasanya penuh pidato diplomatik berubah tegang ketika Yan Xuetong, profesor hubungan internasional terkemuka dari Universitas Tsinghua sekaligus salah satu pemikir paling berpengaruh di China, berbicara langsung kepada atase militer Israel.

Dengan nada tegas, ia menyatakan bahwa Israel telah kehilangan legitimasi karena menargetkan perempuan dan anak-anak.

Ia menutup pernyataannya dengan kalimat yang segera viral bahwa tidak ada yang percaya propaganda ini kecuali segelintir orang Israel.

Video singkat itu menyebar luas dan menandai momen ketika suara seorang intelektual China mengguncang narasi global tentang Gaza.

Beberapa hari sebelumnya, pada 15 September di Jerusalem, Benjamin Netanyahu berbicara di hadapan sekitar 250 politisi Amerika Serikat.

Ia menuduh China dan Qatar melancarkan blokade informasi terhadap Israel melalui media sosial dan kecerdasan buatan, lalu menyamakan strategi itu dengan pengepungan militer Iran melalui jaringan proksinya.

Baca juga: Resolusi PBB, Solusi Dua Negara, dan Ilusi Perdamaian di Gaza

Tuduhan ini bukan sekadar respons spontan, melainkan bagian dari strategi yang diperhitungkan.

Netanyahu tahu bahwa tanpa dukungan Washington, posisi Israel akan jauh lebih rapuh. Dengan mengaitkan Gaza pada ancaman Iran dan China, ia berusaha meneguhkan simpati Amerika sekaligus mengalihkan sorotan dari kritik internasional yang semakin lantang.

Dua hari setelah tuduhan itu, pada 17 September di Tel Aviv, Kedutaan Besar China merilis pernyataan resmi.

Tuduhan Netanyahu disebut sebagai kesalahan arah dan kesalahan solusi. Beijing menegaskan bahwa komunitas internasional justru menuntut gencatan senjata, perlindungan warga sipil Palestina, dan pengakuan Palestina sebagai anggota penuh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Pernyataan itu juga menekankan bahwa protes terhadap kebijakan Israel bukanlah produk propaganda asing, melainkan realitas politik yang muncul dari keresahan global dan domestik.

Dengan demikian, kritik terhadap Israel tidak bisa begitu saja diredam dengan menuding pihak luar.

Rangkaian peristiwa yang terjadi hampir bersamaan di Jerusalem, Tel Aviv, dan Beijing memperlihatkan pola yang jelas.

Konflik Gaza kini tidak hanya berlangsung di medan perang, melainkan juga di arena diplomasi dan opini publik.

Israel berusaha mempertahankan dukungan dengan membingkai kritik sebagai serangan informasi. China menolak narasi itu dan tampil sebagai suara yang menyerukan solusi politik.

Halaman:

Terkini Lainnya
Simpan 4 Jasad Bayinya di Rumah Kontrakan, Ibu AS Ditangkap Polisi
Simpan 4 Jasad Bayinya di Rumah Kontrakan, Ibu AS Ditangkap Polisi
Global
Ketika Padel Redup di Swedia, tapi Malah Meledak di Indonesia...
Ketika Padel Redup di Swedia, tapi Malah Meledak di Indonesia...
Global
Dimotori Gen Z, Berikut 5 Fakta Demo di Peru
Dimotori Gen Z, Berikut 5 Fakta Demo di Peru
Global
Trump Akan Temui Pemimpin Negara Mayoritas Muslim di Forum PBB Bahas Pascaperang di Gaza
Trump Akan Temui Pemimpin Negara Mayoritas Muslim di Forum PBB Bahas Pascaperang di Gaza
Global
Usai Akui Palestina, Negara Barat Tawarkan Bantuan untuk Pasien Gaza
Usai Akui Palestina, Negara Barat Tawarkan Bantuan untuk Pasien Gaza
Global
Mikrofon Prabowo Tiba-tiba Mati Saat Pidato di Sidang PBB, Kemlu RI Beri Klarifikasi
Mikrofon Prabowo Tiba-tiba Mati Saat Pidato di Sidang PBB, Kemlu RI Beri Klarifikasi
Global
Trump Siap Berpidato di Sidang Umum PBB, Dunia Soroti 'America First'
Trump Siap Berpidato di Sidang Umum PBB, Dunia Soroti "America First"
Global
Erdogan Ingin Beli Ratusan Boeing dan Jet Tempur AS, tapi Minta Komponen Diproduksi di Turkiye
Erdogan Ingin Beli Ratusan Boeing dan Jet Tempur AS, tapi Minta Komponen Diproduksi di Turkiye
Global
Pemerintah Italia Belum Akui Palestina, Puluhan Ribu Rakyat Demo
Pemerintah Italia Belum Akui Palestina, Puluhan Ribu Rakyat Demo
Global
Negara Dekat RI Diterjang Topan Dahsyat Ragasa, Ancaman Menjalar hingga ke China
Negara Dekat RI Diterjang Topan Dahsyat Ragasa, Ancaman Menjalar hingga ke China
Global
Bagaimana Masa Depan Palestina Usai Diakui Jadi Sebuah Negara?
Bagaimana Masa Depan Palestina Usai Diakui Jadi Sebuah Negara?
Global
Eks Presiden Filipina Duterte Didakwa atas Kejahatan Kemanusiaan dalam Perang Narkoba
Eks Presiden Filipina Duterte Didakwa atas Kejahatan Kemanusiaan dalam Perang Narkoba
Global
Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
Global
Ini Negara yang Mengakui Palestina dan yang Masih Menolak
Ini Negara yang Mengakui Palestina dan yang Masih Menolak
Global
Skandal Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee Seret Pimpinan Gereja Unifikasi
Skandal Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee Seret Pimpinan Gereja Unifikasi
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau