YERUSALEM, KOMPAS.com – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengakui bahwa negaranya tengah menghadapi peningkatan isolasi internasional akibat perang Gaza, dan harus bersiap menjadi negara yang lebih mandiri.
Pernyataan itu ia sampaikan dalam konferensi Kementerian Keuangan di Yerusalem, Senin (15/9/2025), di tengah meningkatnya seruan embargo senjata dan sanksi dari sejumlah negara Eropa.
“Israel berada dalam semacam isolasi,” ujar Netanyahu.
Baca juga: Kali Pertama Sejak 1977, Mesir Sebut Israel Musuh
“Ekonomi Israel perlu memiliki ciri-ciri autarkis,” imbuhnya.
Salah satu sektor yang paling terdampak isolasi adalah perdagangan senjata. Netanyahu menyebut negaranya tidak bisa lagi bergantung pada impor persenjataan dari luar negeri.
“Kita harus mengembangkan industri senjata kita sendiri – kita akan menjadi Athena sekaligus Sparta super. Tidak ada pilihan lain, setidaknya dalam beberapa tahun ke depan ketika kita menghadapi upaya isolasi ini,” tegasnya.
Pernyataan tersebut merupakan pengakuan langka dari Netanyahu atas besarnya tekanan internasional terhadap Israel.
Gelombang kecaman datang dari PBB dan sejumlah negara Barat yang menilai serangan Israel ke Gaza, termasuk rencana ofensif besar-besaran ke Kota Gaza, akan memperburuk krisis kemanusiaan.
Israel juga dituding melakukan genosida, tuduhan yang secara tegas dibantah oleh pemerintah Netanyahu.
Sejumlah negara Eropa, termasuk Perancis, Belanda, Inggris, Spanyol, dan Italia, telah memberlakukan embargo sebagian atau penuh atas penjualan senjata ke Israel.
Meski demikian, Amerika Serikat—pemasok utama senjata Israel—belum mengambil langkah serupa dan bahkan memperingatkan negara lain agar tidak melakukannya.
Sempat ada penundaan pengiriman bom seberat 2.000 pon pada masa pemerintahan Joe Biden, tetapi kebijakan itu dengan cepat dibatalkan oleh pemerintahan Donald Trump.
Baca juga: KTT Doha Tak Hasilkan Aksi Nyata, Negara Arab Dinilai Tak Berdaya Hadapi Israel
Netanyahu menuding Qatar dan China sebagai pihak yang mengatur “isolasi” terhadap Israel melalui media sosial.
“Pertama adalah China, lalu Qatar. Mereka sedang mengorganisir serangan terhadap Israel… [melalui] media sosial di Barat dan Amerika Serikat. Kita harus melawannya, dan kita akan melawannya dengan metode kita sendiri,” ujarnya.