KOMPAS.com - Tersiar teori konspirasi di media sosial, yang mengeklaim mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah meninggal dunia pada akhir Juni 2024.
Ia diklaim wafat setelah berkunjung ke Vatikan sebagai utusan Presiden Prabowo Subianto. Namun, kematiannya disembunyikan.
Teori konspirasi tersebut merupakan hoaks. Simak penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com berikut.
Video yang menginformasikan Jokowi telah meninggal dunia pada akhir Juni 2024 disebarkan oleh akun Instagram ini, ini, ini, dan Facebook ini.
Adapun video tersebut disebarkan ulang oleh akun Facebook ini dan audio serupa ditemukan di akun Facebook ini.
Berikut teks yang tertera dalam video:
KRONOLOGI KEMATIAN HOKOWI ASLI
OLEH CHRISTOVITA WILOTO CHAIRMAN STRATEGIC INDONESIA
Terdapat narasi keliru dalam video yang beredar. Jokowi diutus Prabowo untuk melayat dan menghadiri pemakaman Paus Fransiskus pada Sabtu, 26 April 2025. Bukan 2024.
Sebagaimana diwartakan Kompas.com, Jokowi kembali ke Tanah Air pada Senin, 28 April 2025.
Ia bahkan sempat melayani permintaan swafoto warga di Bandara Soekarno-Hatta.
Namun, sekembalinya dari Vatikan, Jokowi dikabarkan sakit. Ia mengidap penyakit kulit.
"Betul, dari awal munculnya gejala, tim dokter kepresidenan ikut mendampingi Bapak Jokowi," ucap ajudan Jokowi, Kompol Syarif Fitriansyah pada Sabtu, 12 Juli 2025, sebagaimana sudah diberitakan Kompas.com.
Sepulang dari Vatikan, ia mendapatkan perawatan dan kondisinya berangsur pulih.
Narasi mengenai Jokowi telah wafat akhir Juni 2024, bersumber dari akun Instagram ini.
Akun tersebut rutin mengunggah konten berisi teori konspirasi, dengan ilustrasi menggunakan gambar yang dihasilkan artificial intelligence (AI).
Sejauh ini tidak ada bukti atau laporan konkret yang mendukung teori konspirasi tersebut.
Narasi yang mengeklaim Jokowi telah meninggal dunia pada akhir Juni 2024 merupakan hoaks.
Jokowi mengalami penyakit kulit akibat alergi sepulang dari Vatikan pada April 2025. Ia telah dirawat dan berangsur pulih.
Konten yang beredar di media sosial bersumber dari akun penyebar teori konspirasi.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini