PYONGYANG, KOMPAS.com – Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengumumkan bahwa negaranya telah mengembangkan “senjata rahasia” guna memperkuat kemampuan pertahanan sekaligus meningkatkan daya gentar terhadap Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.
Dalam pidatonya yang disiarkan Kantor Berita Pusat Korea, KCNA, pada Senin (22/9/2025), Kim menegaskan bahwa negaranya tengah berada dalam fase perkembangan pesat di bidang pertahanan.
“Negara dan partai kita terus mencapai perkembangan cepat dalam memperkuat kemampuan pertahanan,” kata Kim Jong Un.
Baca juga: Sambil Pamer Uji Coba Drone, Kim Jong Un Perintahkan AI di Militer Korut
Kim menyebut pembangunan kapal perusak baru sebagai “langkah penting pertama dalam membangun kekuatan maritim.”
Ia juga menekankan penguatan berkelanjutan kekuatan strategis serta peningkatan kualitas senjata yang diproduksi secara massal.
“Selain itu, kami telah memperoleh senjata rahasia baru. Kemajuan signifikan telah dicapai dalam bidang sains dan riset pertahanan, yang akan sangat berkontribusi pada peningkatan tajam kemampuan tempur,” ujarnya.
Kim menambahkan bahwa Korea Utara berhasil membangun “poros strategis” untuk menjaga kedaulatan maritim melalui produksi kapal perusak yang mampu menjalankan berbagai misi militer di laut.
Pernyataan Kim muncul setelah serangkaian uji coba militer Korea Utara dalam beberapa bulan terakhir.
Awal bulan ini, Pyongyang menyebut telah menyelesaikan uji darat terakhir mesin berbahan bakar padat untuk rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-20 yang berpotensi menjangkau daratan utama AS.
Baca juga: Korut Eksekusi Warga di Depan Publik karena Ketahuan Nonton Film Asing
Pekan lalu, Kim juga mengawasi langsung uji coba drone serang taktis bernama Kumsong dan pesawat pengintai strategis tanpa awak.
Pada Maret lalu, ia menyaksikan uji coba drone “bunuh diri” bertenaga kecerdasan buatan (AI).
Kim menegaskan bahwa negaranya tidak akan pernah menyerahkan senjata nuklir.
“Kami tidak akan pernah melepaskan senjata nuklir. Status nuklir Korea Utara adalah hukum nasional,” tegas Kim.
Ia mengkritik keras konsep “denuklirisasi bertahap” yang selama ini didorong oleh Washington.
Menurutnya, AS dan sekutu justru memperburuk situasi dengan “aksi provokatif yang semakin meningkatkan ketegangan” serta mengabaikan kekhawatiran keamanan Korea Utara.
Namun, Kim juga menyampaikan nada yang lebih damai dengan membuka peluang dialog jika AS bersedia mengubah pendekatannya.
“Jika AS meninggalkan obsesi sia-sia terhadap denuklirisasi dan mengakui kenyataan, kedua negara akan memiliki kesempatan untuk membangun hubungan,” kata Kim.
Kim menutup pidatonya dengan menyebut bahwa Korea Utara kini merasa “paling aman” berkat pengembangan kekuatan nuklirnya.
Baca juga: Uji Coba Mesin Rudal Balistik Tahap Akhir Korut Diawasi Kim Jong Un
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini