Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Filipina Bongkar Kongkalikong Pejabat dan Kontraktor, Pajak Rakyat Dinikmati Koruptor

Kompas.com - 22/09/2025, 11:26 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Penulis: Joel Guinto dan Virma Simonette/BBC News Indonesia

MANILA, KOMPAS.com - Crissa Tolentino sudah sejak lama pasrah: menerima banjir sebagai bagian hidupnya.

Hampir setiap hari, guru sekolah negeri berusia 36 tahun ini mendayung perahu menyusuri jalanan yang terendam banjir.

Itu adalah satu-satunya cara untuk bepergian dari rumahnya di pinggiran kota ke pusat Apalit, sebuah kota dataran rendah di dekat ibu kota Filipina, Manila.

Baca juga: Korupsi Proyek Infrastruktur Filipina Rp 34,3 Triliun Picu Amuk Warga

Sampan kayu kecil itu menjadi wahana andalan, membawanya ke sekolah tempat ia mengajar atau ke klinik tempat ia menjalani pengobatan kanker. Ia menyebut, jalanan hanya kering sekitar dua bulan dalam setahun.

Namun, kesabarannya habis tahun ini.

"Saya merasa dikhianati. Saya bekerja keras, hidup hemat, dan gaji dipotong pajak tiap bulan. Lalu saya tahu miliaran uang pajak ternyata dinikmati para politikus korup," kata Tolentino, mengeluarkan uneg-unegnya.

Tak cuma Tolentina, kemarahan ini bergaung di seluruh Filipina.

Musim hujan yang luar biasa ganas telah melumpuhkan kehidupan sehari-hari di negara Asia Tenggara tersebut.

Hujan deras telah membuat jutaan orang terjebak di perjalanan, mobil-mobil mengapung di jalan yang beralih menjadi sungai, dan memicu wabah leptospirosis, penyakit hati yang menyebar lewat kotoran tikus got.

Baca juga: Rakyat Filipina Demo Skandal Korupsi, Presiden Beri Dukungan

Kemarahan warga berfokus pada kinerja pemerintah dalam mengendalikan banjir.

Padahal triliunan peso telah digelontorkan untuk membangun infrastruktur, seperti jalan, jembatan dan tanggul.

Tuduhan korupsi terhadap para pejabat pun menyeruak.

Melalui beragam media sosial: TikTok, Facebook, dan X, kemarahan diarahkan terhadap anggota parlemen dan kontraktor yang dituduh mengerjakan proyek "hantu" yang tak pernah terwujud.

Perihal proyek "hantu" ini juga diakui Presiden Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr. Ia memeriksa sebuah bendungan pengendali banjir, yang kemudian ia ketahui ternyata tidak ada.

Menteri perencanaan ekonomi kemudian mengakui, 70 persen anggaran proyek pengendalian banjir digerogoti korupsi.

Baca juga: Armadanya Ditabrak, China Semprot Kapal Filipina di Wilayah Sengketa

Pengunjuk rasa membawa poster dan foto Presiden Filipina Ferdinand Marcos dan kontraktor Sara Discaya.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Pengunjuk rasa membawa poster dan foto Presiden Filipina Ferdinand Marcos dan kontraktor Sara Discaya.

Ketua parlemen Filipina yang disebut terlibat dalam proyek "hantu" penanganan banjir mengundurkan diri, tapi ia membantah tuduhan tersebut.

Ketua Senat Filipina juga mundur setelah terungkap bahwa kontraktor pemenang tender ternyata pernah menyumbang untuk kampanyenya pada 2022. Hal ini dianggap ilegal di Filipina.

Rakyat Filipina mengekspresikan kemarahan dengan membuat video akal imitas (AI) yang menggambarkan anggota parlemen sebagai buaya, simbol kerakusan.

Sasaran kemarahan juga menjalar dengan menyasar para nepo babies, anak-anak pejabat atau kontraktor kaya yang gemar memanerkan gaya hidup mewah mereka di media sosial.

Tak cuma melalui video, kemarahan itu juga menemukan soundtrack-nya seiring waktu.

Tolentino menyebut lagu rap Upuan karya Gloc-9 yang dirilis pada 2009 sebagai gambaran realita yang terjadi di Filipina saat ini.

Baca juga: Ketika Aksi Demonstrasi di Filipina Dikemas dalam Fun Run...

Lagu itu mempertanyakan kenapa politikus tak bisa berempati pada rakyat kecil.

"Itu situasi kita yang sebenarnya. Lagu itu menjelaskan semuanya," ujarnya.

Halaman:

Terkini Lainnya
Ketika Padel Redup di Swedia, tapi Malah Meledak di Indonesia...
Ketika Padel Redup di Swedia, tapi Malah Meledak di Indonesia...
Global
Dimotori Gen Z, Berikut 5 Fakta Demo di Peru
Dimotori Gen Z, Berikut 5 Fakta Demo di Peru
Global
Trump Akan Temui Pemimpin Negara Mayoritas Muslim di Forum PBB Bahas Pascaperang di Gaza
Trump Akan Temui Pemimpin Negara Mayoritas Muslim di Forum PBB Bahas Pascaperang di Gaza
Global
Usai Akui Palestina, Negara Barat Tawarkan Bantuan untuk Pasien Gaza
Usai Akui Palestina, Negara Barat Tawarkan Bantuan untuk Pasien Gaza
Global
Mikrofon Prabowo Tiba-tiba Mati Saat Pidato di Sidang PBB, Kemlu RI Beri Klarifikasi
Mikrofon Prabowo Tiba-tiba Mati Saat Pidato di Sidang PBB, Kemlu RI Beri Klarifikasi
Global
Trump Siap Berpidato di Sidang Umum PBB, Dunia Soroti 'America First'
Trump Siap Berpidato di Sidang Umum PBB, Dunia Soroti "America First"
Global
Erdogan Ingin Beli Ratusan Boeing dan Jet Tempur AS, tapi Minta Komponen Diproduksi di Turkiye
Erdogan Ingin Beli Ratusan Boeing dan Jet Tempur AS, tapi Minta Komponen Diproduksi di Turkiye
Global
Pemerintah Italia Belum Akui Palestina, Puluhan Ribu Rakyat Demo
Pemerintah Italia Belum Akui Palestina, Puluhan Ribu Rakyat Demo
Global
Negara Dekat RI Diterjang Topan Dahsyat Ragasa, Ancaman Menjalar hingga ke China
Negara Dekat RI Diterjang Topan Dahsyat Ragasa, Ancaman Menjalar hingga ke China
Global
Bagaimana Masa Depan Palestina Usai Diakui Jadi Sebuah Negara?
Bagaimana Masa Depan Palestina Usai Diakui Jadi Sebuah Negara?
Global
Eks Presiden Filipina Duterte Didakwa atas Kejahatan Kemanusiaan dalam Perang Narkoba
Eks Presiden Filipina Duterte Didakwa atas Kejahatan Kemanusiaan dalam Perang Narkoba
Global
Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
Global
Ini Negara yang Mengakui Palestina dan yang Masih Menolak
Ini Negara yang Mengakui Palestina dan yang Masih Menolak
Global
Skandal Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee Seret Pimpinan Gereja Unifikasi
Skandal Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee Seret Pimpinan Gereja Unifikasi
Global
Dari 1988-2025, Begini Sejarah Panjang Pengakuan Negara Palestina
Dari 1988-2025, Begini Sejarah Panjang Pengakuan Negara Palestina
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau