KOMPAS.com - Program makan bergizi gratis (MBG) yang diluncurkan bertahap oleh Presiden Prabowo Subianto pada Januari 2025 kembali menjadi sorotan.
Hal ini tak lepas dari maraknya kasus keracunan makanan yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia.
Setidaknya lebih dari 5.000 siswa tercatat mengalami keracunan.
Jumlah tersebut merupakan data dari Badan Gizi Nasional (BGN), Kementerian Kesehatan, serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"(Data) dari Kemenkes, 60 kasus dengan 5.207 penderita, data 16 September. Kemudian BPOM, 55 kasus dengan 5.320 penderita, data per 10 September 2025," ucap Kepala Staf Presiden (KSP) M Qodari di Istana, Jakarta, dikutip Kompas.com, Senin (22/9/2025).
Baca juga: Lebih dari 5.000 Orang Jadi Korban Keracunan MBG, Apa Kata Istana?
Salah satu kasus yang terjadi adalah di Baubau pada 16 September 2025, di mana saat makanan MBG datang terlambat dan disajikan dalam kondisi tidak layak.
Akibatnya, 46 siswa keracunan dan 37 di antaranya harus dirawat.
Keesokan harinya, kasus serupa pun terulang di Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah.
Sebanyak 157 siswa keracunan setelah makan ikan cakalang dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), dan kasus-kasus keracunan lainnya.
Baca juga: Mengapa Program MBG Perlu Dievaluasi dan Dikelola Langsung oleh Sekolah?
Menurut Qadari, Jawa Barat menjadi provinsi dengan kasus terbanyak keracunan MBG.
Salah satunya di Garut, di mana 194 siswa mengalami gejala mual dan muntah setelah mengonsumsi menu ayam woku dan tempe orek dari dapur lain.
"Puncak kejadian tertinggi pada bulan Agustus 2025 dengan sebaran terbanyak di Provinsi Jawa Barat," ungkapnya.
Setidaknya ada empat indikator terjadinya keracunan pada program MBG yakni:
Baca juga: Kasus Keracunan Makanan MBG, Pemerintah Minta Maaf dan Lakukan Evaluasi
Sebelumnya, Presiden Prabowo menekankan, program MBG tidak hanya soal makanan, melainkan merupakan wujud nyata intervensi negara dalam membangun generasi sehat dan berkualitas.